I. Manusia dan Penderitaan
Penderitaan
akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan
bertingkat-tingkat ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu
juga menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang
dianggap penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan
energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagi langkah awal untuk mencapai
kenikmatan dan kebahagiaan.
Tuhan
memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan
penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk
tidak memalingkan darinya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda
atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap
terhadap peringatan yang diberikannya.? tanda atau wangsit demikian dapat
berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau
menegetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan.
Berbagai kasus penderitaan terdapat
dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku
kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya?
Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis untuk
mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya
terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis yang
dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Sekali semuanya “resiko”
karena seseorang mau hidup. Sehingga enak atau tidak enak, bahagia, atau
sengsara, merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan
badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani.
Kebimbangan dialami oleh seorang bila ia
pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil. Misalnya
pada suatu saat apakah seseorang yang bimbang itu pergi atau tidak, siapakah
dari kawanya yang akan dijadikan pacar tetapnya. Akibat dari kebimbangan
seseorang berada dalam keadaan yang tidak menentu, sehingga ia merasa tersiksa
dalam hidupnya saat itu. Bagi orang lemah berpikirnya, masalah kebimbangan akan
lama dialami, sehingga siksaan itu berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang kuat
berpikirnya ia akan cepat mengambil suatu keputusan, sehingga kebimbangan akan
cepat diatasi. Kesepian dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam
dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Kesepian
ini tidak boleh dicampur adukkan dengan keadaan sepi. Tempat mereka memang sepi
tetapi hati mereka tidak sepi. Kesepian juga merupakan salah satu wujud dari
siksaan yang dapat dialami oleh seseorang.
Ketakutan
merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin.
Bila rasa takut itu dibesar – besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut
sebagai phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara
lain :
- Claustrophobia dan Agoraphobia yaitu Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup. Agoraphobia adalah ketakutan yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka.
- Gamang yaitu ketakutan bila seseorang di tempat yang tinggi. Hal itu disebabkan, karena ia takut akibat berada di tempat yang tinggi. Misalnya seseorang harus melewati jembatan yang sempit, sedangkan dibawahnya air yang mengalir, atau seseorang takut meniti dinding di bawahnya.
- Kegagalan yaitu ketakutan dari seseorang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang yang patah hati tidak mudah untuk bercinta kembali, karena takut dalam percintaan berikutnya juga akan terjadi kegagalan, trauma yang pernah dialaminya telah menjadikan dirinya ketakutan kalau sampai terulang lagi.
- Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
Gejala – gejala permulaan bagi seseorang
yang mengalami kekalutan mental adalah :
- Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
- Nampak pada kejiwaanya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahap – tahap gangguan kejiwaan adalah :
- Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala – gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninnya.
- Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara bertahan dirinya salah, pada orang tidak menderita ganguan kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
Sebab – sebab timbulnya kekalutan
mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut :
- Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna, hal – hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur – angsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
- Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial, over acting sebagai overcompensatie.
- Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”, “nasi sudah jadi bubur”, Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup. Sikap positif itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
- Sikap positif biasannya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, anti ibu tiri, ia berjuang melawan sikap ibu tiri, anti kekerasan, ia berjuang menentang kekerasan, dan lain-lain. Apabila sikap negatif dan positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilainnya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang susah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.
II. Manusia
Dan Keadilan
Manusia dan Keadilan Keadilan Keadilan adalah
pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Jika kita
mengakui adanya hak hidup kita maka kita juga harus mempertahankan hak hidup
kita dengan bekerja keras tetapi tanpa merugikan orang lain karena orang lain
pun mempunyai hak hidup yang sama seperti kita
Contohnya:
Seorang karyawan yang menuntut hak kenaikan upah tetapi tidak
meingkatkan hasil kerjanya, perbuatan ini tentu disebut memeras. Sebaliknya
pula jika seorang majikan yang terus menerus menggunakan tenaga orang lain
tanpa memperhatikan kenaikan upah dan kesejahteraan nya perbuatan ini menjurus
pada perbudakan orang lain atau pegawainya Karena itu, jika kita ingin
mendapatkan keadilan maka kita harus menaikkan prestasi kerja kita apabila
ingin kenaikan gaji dan juga jika kita menjadi majikan, kita harus
mempertimbangkan hasil kerja dengan upah yang mereka terima.
- Keadilan dan ketidakadilanMasalah keadilan bukan hanya konsumsi masyarakat kita melainkan lebih luas dari itu. Keadilan bisa disebut bersifat universal artinya sudah diperjuangkan cukup lama dalam sejarah manusia dimanapun juga. Sedangkan keadilan dalam masyarakat seringkali dibiarkan begitu saja oleh masyarakat yang bersangkutan. Banyak teori yang membuktikan bahwa sudah banyak terjadi ketidakadilan baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik.
- Kejujuran Jujur berarti apa yang dikatakannya sesuai dengan hati nuraninya. Jujur juga berarti menepati janji atau kata yang diucapkannya. Jika seseorang tidak menepati janjinya maka ia sudah mendustai dirinya sendiri dan kebohongannya disaksikan orang lain. banyak hal yang membuat orang tidak jujur misalnya karena tidak rela, dipengaruhi lingkungan, atau terpaksa karena ingin popular.
- KecuranganCurang identic dengan ketidakjujuran. Curang artinya apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan hati nuraninya. Curang menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, dan suka mengumpulkan harta berlebihan supaya dianggap yang paling hebat, kaya dan suka apabila orang disekelilingnya hidup menderita. Orang seperti ini biasanya tidak senang apabila ada orang yang melebihi kekayaannya. Padahal agama tidak membenarkan orang mengumpulkan harta sebanyakbanyaknye dengan jalan curang.
- Pemulihan Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Setiap orang menjaga dengan hati hati supaya namanya tetap baik apalagi jika ia menjadi teladan bagi orang lain atau tetangga di sekitarnya, sudah pasti itu menjadi kebanggan tersendiri baginya yang tak ternilai harganya. Banyak cara untuk memulihkan nama baik misalnya meminta maaf, bersikap ramah, sopan dan suka menolong dengan penuh kasih dan sayang tanpa pamrih.
- Pembalasan merupakan reaksi yang terjadi terhadap perbuatan orang lain. misalnya si A memberi mkan si B di lain waktu si B memberi makan sia A. ini merupakan pembalasan serupa. Ada pula pembalasan yang negative misalnya si A memukul si B dan si B membalas pukulna si A. Pembalasan adalah hasil dari pergaulan. Jika pergaulan bersifat bersahabat maka akan dibalas bersahabat dan juga jika pergaulan bersifat saling curiga maka akan dibalas saling curiga juga. Bukan hanya manusia, Tuhan pun membalaskan setimpal dengan apa yang kita perbuat kepadaNya.
III. Manusia
dan Harapan
Dalam jagad raya ini
telah diciptakan makhluk yang dihadiahkan sebuah alat berpikir. Alat tersebut
dapat digunakan sebagai proses berkembangnya untuk menciptakan nilai kehidupan
yang lebih baik. Namun, makhluk tersebut telah mengubah harapan yang
dicita-citakan alam ini. Entah itu adalah kenyataan atau memang sebuah jalan
yang harus ditempuh untuk mencapai kebenaran hingga semua hal dilakukan untuk
mencapainya.
Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati
dalam hidup maksudnya disini adalah seperti apapun macam manusia pasti memiliki
yang disebut harapan karena harapan itu merupakan suatu keinginan atau
cita-cita yang ingin dicapai dalam kehidupan manusia itu sendiri.Mendegar kata
harapan pasti yang terlintas di benak adalah angan-angan, cita-cita, keinginan.
Harapan
manusia pastilah tidak terbatas karena pada kodratnya manusia adalah makhluk
yang tidak akan pernah puas terhadap sesuatu yang telah dicapainya . Harapan
yang kita inginkan dapat terwujud apabila dalam melakukan harapan itu kita
berusaha dengan keras karena setinggi apapun harapan kita apabila tidak
diiringi dengan usaha maka akan sia-sia semua harapan kita dan disamping usaha
yang kita lakukan harus diimbangi dengan doa kepada Tuhan yang maha esa karena
dengan percaya kepada tuhan akan harapan kita kita juga telah percaya pada diri
sendiri untuk berhasil meraih harapan tersebut.Manusia adalah makhluk
berakal budi dan memiliki etika dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial dan
memiliki hati nurani, kita mampu membangun sebuah nilai yang membuat manusia
itu mampu bertahan setelah beribu-ribu abad ini tinggal di bumi. Namun
kesalahan bukanlah apa yang harus kita hindari, karena semua ada bayarannya.
Dosa manusia adalah
harga yang harus dibayar karena kita lemah dalam menentukan sikap :
- Greed(keserakahan),
- Envy (iri hati),
- Sloth (kemalasan),
- Pride (harga diri),
- Wrath (kemarahan),
- Gluttony(kerakusan),
- Lust (nafsu) adalah bagaimana manusia melambangkan kerusakan.
Akal dan nuranilah yang
menjadi dasar manusia membentuk tujuh dosa tersebut. Tanpa disadari, kita
sebagai mahkluk telah terjerumus dalam kemunafikan yang memakan waktu dengan
rakusnya. Apa yang sudah kita lakukan?
Dalam roda kehidupan
kita mengenal antara kesenangan ketika di atas dan kesedihan ketika di bawah.
Dalam hal ini manusia selalu menunjukkan rasa ketidakpuasannya terhadap apa
yang ia hadapi. Transisi kehidupan pun digambarkan dengan roda yang selalu
berputar mengikuti arahnya.
Masa kejayaan dan masa
keterpurukan membuktikan bahwa dalam kehidupan tidak ada yang bersifat statis.
Ini harus menjadi kajian refleksi untuk kita semua sebagai insan yang memiliki
nilai dalam kehidupannya.
Berbagai aktivitas
dijalani oleh manusia yang mengatasnamakan homo socius, sebagai manusia yang
mengejar harapan bahwa nilai-nilai sosial dan nilai-nilai agama sebagai modal
ikatan yang dipegang oleh penganutnya.
Manusia tidak mungkin
dapat memenuhi kemanusiaannya dengan baik tanpa berada di tengah sesamanya.
Identitas yang mulai merangkap untuk menjadi seorang insan kamil yang memiliki
landasan moral dan beretikakan sebuah semangat bahwa hari yang akan datang adalah
cahaya bagi mereka dalam menggapai masa depannya.
Namun, sudah dipastikan
mimpi yang indah itu masih menjadi sebuah angan yang harus diiris sedikit demi
sedikit agar habislah angan itu menjadi isi dari buah kenyataan tersebut. Apa
yang kita rasakan adalah kekhawatiran dengan apa yang saat ini sedang kita
jalani.
Artinya, bahwa memiliki
rasa puas adalah hal yang salah, karena kepuasaan hanya akan menjadikan kita
sebagai manusia yang stagnan dan tak mampu lagi berkembang. Maka sebagai
manusia, kita harus senantiasa berharap, sebab apalah arti perjuangan bila
segala keinginan manusia selalu terealisasi sesuai yang mereka pikirkan.
Pada Akhirnya, sistem
dan realitas kehidupan selalu bertentangan dengan ekosistem yang manusia
jalani, yang mana di dalamnya tusuk-menusuk adalah hal lumrah sebuah harapan besar di
mana kita bisa mengangkat kepala bersama dan membantah itu semua. Kehidupan
yang damai nan indah adalah impian bagi siapapun dan acuan bagi kita semua
untuk menananamkanya di dalam hal kosong yang bernama harapan.
Dalam upaya
merealisasikan harapan, maka terbentuklah istilah “doa”. Doa merupakan ruang
untuk memanifestasikan harapan manusia. Doa merupakan tindakan akhir yang bisa
kita lakukan atas semua usaha yang sudah kita lakukan melalui praktik spiritual
antara manusia (hamba) dengan Tuhannya meminta dan memohon
kepada Tuhan agar selalu membimbing dan menguatkan apa yang sudah kita azamkan,
itulah doa. Sebab Tuhanlah yang akan menentukan atau menetapkan apa yang
manusia harapkan melalui jalan dan kehendak-Nya.
Sumber :
Buku Ilmu Budaya Dasar Universitas Gunadarma
http://pasulukanlokagandasasmita.com/manusia-dan-penderitaan/
http://www.kompasiana.com/artaulisimamora/manusia-dan-keadilan_563b79b19fafbdeb0bacec9a
http://www.kompasiana.com/artaulisimamora/manusia-dan-keadilan_563b79b19fafbdeb0bacec9a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar